Imam Ibn Al Qayyim, mengutip Imam Abul Wafa' Ibnu 'Aqil Al Hanmbali, menyatakan, siyasah adalah tindakan atau perbuatan yang dengannya seseorang bisa lebih dekat dengan kebaikan, dan lebih jauh dari kerusakan selama politik itu tidak bertentangan dengan syara' .
Singkatnya, tutur Syekh Al Qardhawi, Islam memandang siyasah (politik) sebagai ilmu yang penting dan memiliki kedudukan tersendiri. Akan halnya dari segi praktis, politik dianggap sebagai aktivitas mulia dan bermanfaat, sebab ia berhubungan dengan pengorganisasian urusan mahluk dalam bentuk yang terbaik.
Baca juga: Remehkan Rencana Satgas Maritim Bentukan Amerika Serikat, Houthi Yaman: Tak Ada Nilainya
Akan tetapi, dalam perkembangannya, wajah politik justru menjadi lebam lantaran tindakan orang-orang di dalamnya yang jauh dari nilai-nilai akhlak dan moral. Muncul misalnya, politik penjajahan, politik penguasa zalim dan khianat dan lainnya. Itulah yang akhirnya membuat sebagian masyarakat membenci politik.
''Terlebih setelah filsafat Machiavelli, yang membolehkan segala cara untuk mencapai tujuan, mendominasi ranah politik bahkan mengarahkannya,'' paparnya.
Puncaknya adalah ketika sebagian orang menganggap bahwa din (agama) tidak ada kaitannya dengan politik. Klaim seperti ini, dalam pandangan Syekh Al Qardhawi, sama saja dengan mendustakan agama, dan bertentangan dengan Alquran surat al Ahzab [33] ayat 39.
الَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَالَاتِ اللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلَا يَخْشَوْنَ أَحَدًا إِلَّا اللَّهَ ۗ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ حَسِيبًا
“(yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan.”