Laporan jurnalis Republika, Muhyiddin, dari Makkah, Arab Saudi
MAKKAH -- Ikhtiar mitigasi yang dilakukan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) bersama otoritas Arab Saudi berhasil memperlancar proses pergerakan jamaah Indonesia dari Arafah ke Muzdalifah dan Mina. Di antara bentuk upaya yang telah diterapkan itu adalah skema murur, yaitu mabit dengan cara melintas.
Menteri Agama (Menag) RI Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, proses puncak haji berjalan dengan lancar, antara lain, karena didukung penerapan murur. Alhasil, skema ini pun menuai apresiasi dari berbagai pihak.
"Skema murur atau melintas di Muzdalifah banyak mendapat apresiasi. Jamaah bisa diberangkatkan lebih awal, yakni jam 07.37 waktu Saudi sudah tidak ada di Muzdalifah. Ini patut disyukuri," ujar Gus Yaqut, sapaan akrabnya, kepada Republika di Makkah, Selasa (18/6/2024).
Ia mengakui, ada beberapa kendala yang dialami jamaah haji RI saat tiba di Mina. Hal demikian akan menjadi bagian yang dievaluasi.
Menurut dia, batasan wilayah Mina saat ini sangat terbatas. Dengan kuota sebanyak 213.320 jamaah reguler, ruang yang tersedia untuk para tamu Allah dari Indonesia "hanya" kurang dari 0,8 meter persegi per orang.
"Mina dari dulu seperti itu. Sejak kuota kembali normal pada 2017, isunya selalu soal kepadatan. Jadi, menerima tambahan kuota selalu menjadi berkah dan sekaligus tantangan," ucap Menag.
Terkait keterbatasan ruang (space) yang tersedia, lanjut dia, ada pelbagai tantangan yang mesti dihadapi PPIH. Itu termasuk soal kenyamanan dan bahkan keselamatan jiwa jamaah haji Indonesia.
"Alhamdulillah, kita bersyukur proses puncak haji berjalan lancar. Hal-hal yang kita temui di lapangan saat evaluasi nanti perlu menjadi pertimbangan," kata dia.
Menag menambahkan, pihaknya akan segera menggelar evaluasi atas penyelenggaraan haji tahun 1445 H/2024 M. Sejumlah catatan akan menjadi bahan perbaikan untuk musim haji mendatang.
"Kita tetap akan upayakan kuota tambahan dalam jumlah yang terukur untuk tetap menjaga kenyamanan dan keselamatan jemaah," jelas dia.
Sebelumnya, Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Liliek Marhaendro Susilo menilai, kebijakan murur membuat jamaah tidak terlalu mengalami kelelahan. Hal itu terutama dirasakan oleh mereka yang berstatus lanjut usia (lansia), penyandang disabilitas, dan memiliki risiko tinggi (risti).
"Indikatornya, kalau kita secara logika saja, di pos kesehatan Mina juga nggak begitu banyak yang sakit," ujar Liliek M Susilo saat meninjau pos kesehatan di jalur Jamarat, Mina, Makkah, Arab Saudi, Selasa (18/6/2024).
Melalui skema murur, jamaah dapat melakukan bermalam (mabit) dengan cara melintas di Muzdalifah, yakni usai menjalani wukuf di Padang Arafah. Saat melewati kawasan Muzdalifah, mereka tetap berada di dalam bus atau tidak turun dari kendaraan tersebut. Kemudian, bus ini langsung membawa mereka menuju tenda-tenda di Mina.
Liliek menjelaskan, skema tersebut baru pertama kali diterapkan bagi jamaah haji Indonesia. Sekitar 55 ribu orang kategori lansia, risti, dan penyandang disabilitas ikut dalam program murur.