Sabtu 20 Jul 2024 07:10 WIB

Makanan Siang Gratis Rp 7.500, Ini Menu Makanan Sehat era Kekhalifahan Islam: Ada Pasta

Pemerintah mewacanakan seporsi makanan bergizi gratis Rp 7.500.

Red: Muhammad Hafil
Hidangan pasta disajikan di sebuah restoran (ilustrasi).
Foto:

Buku ini membahas pola dan pengaturan makan bagi janin dan ibu hamil. Lalu, ada Abu Marwan Ibn Zuhr (1092?1161) dengan karyanya, Al-Taysir fi l-Mudawat wa-l-tadbir Kitab al-Aghdia. Ini adalah buku tentang nutrisi.

Tercatat pula dalam sejarah, Mohammed al- Baghdadi, cendekiawan dari Irak yang pada abad ke-13 menulis Kitab at-Tabikh. Pada abad yang sama, Dawud al-Antaki dari Suriah meluncurkan buku berjudul Tadhkira. Penulis asal Suriah lainnya, Ibnu Adim, mempersem- bahkan karya Waste l-Habib fi Wasf al-Tayyibdt wa at-Thibb.

Menurut Zohor Idrisi, seorang peneliti di Foundation for Science Technology and Civilization, dalam tulisannya The Influence of Islamic Culinary Art on Europe, buku-buku yang disusun dokter dan ilmuwan Muslim itu menarik perhatian, baik para pen- guasa maupun gereja di Barat.

Proses demokratisasi juga mengemuka di kalangan pecinta kuliner pada awal peradaban Islam. Beberapa makanan yang sebelumnya hanya tersedia di istana bisa dinikmati pula oleh seluruh rakyat. Umat Islam pada masa itu juga telah menyadari pentingnya memenuhi nutrisi dengan makanan yang baik dan bergizi.

Saat itu, bahkan telah muncul tren mempromosikan kesehatan warga sesuai dengan lingkungan mereka dan musim yang berlangsung.

Pada abad ke-13, buku-buku dari ilmuwan dan dokter Muslim menarik perhatian para penguasa dan pemimpin gereja di Barat. Mereka juga tertarik dengan buku-buku kompilasi resep saat kota-kota, seperti Ferrara, Salerno, Montpellier, dan Paris menjadi pusat untuk mempelajari karya medis Muslim. Di kalangan aristokrat Eropa, permintaan untuk bahan makanan Muslim dan rempah-rempah meningkat pesat.

Kala itu, ada penguasa di Eropa yang mengikuti pola diet ala Islam. Dialah Ratu Christina, penguasa Denmark, Swedia, dan Norwegia. Sang ratu rela mengimpor produk- produk mahal serta buah-buahan dari Jazirah Arab, padahal sejak berpisah dari suaminya pada tahun 1496, dia menerapkan pola pengeluaran keuangan yang ketat. Tapi, demi kesehatan, dia rela mengorbankan banyak dana untuk mengimpor makanan dari Arab.

Pengorbanannya tak sebatas harta. Sang ratu juga menerapkan pola diet dengan berpuasa melebihi ketentuan waktu puasa dari gerejanya. Dia memutuskan untuk menyimpan uang agar kebutuhannya akan apel dan gandum hitam terpenuhi. Dari cerita ini, muncul dugaan bahwa asal-usul kue-kue kering Denmark terinspirasi dari kebiasaan Ratu Christina ini.

Hari demi hari, pengaruh kuliner Muslim kian tersebar ke seluruh Eropa. Banyak buku dan resep yang disusun ilmuwan Muslim diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, seperti buku Taciunum Sanitatis (Pemeliharaan Kesehatan) yang terbit abad ke-11 Masehi. Buku ini banyak dirujuk dokter serta para koki untuk resep masakan sehat. Belakangan, salinannya banyak dijiplak penerbit di seluruh dunia.

Beberapa buku masakan kemudian muncul dalam periode ini. Tata urutan penyajian makanan di Eropa yang kemudian mendunia ternyata mengadopsi tata cara penyajian makanan ala Muslim. Dua pakar Muslim, yakni Rhazes dan Ibnu Zohr, merekomendasikan tata urutan penyajian makanan mulai dari salad atau sup, hidangan utama, dan hidang an penutup. Seluruh rangkaian tadi diakhiri dengan mencuci tangan di meja dengan air mawar.

Dari Pasta Sampai Es Krim

Banyak hal di bidang kuliner Muslim yang kemudian diadopsi oleh masyarakat Eropa. Beberapa di antaranya adalah:

 

Dari tokoh ramai dibicarakan ini, siapa kamu jagokan sebagai calon gubernur DKI Jakarta 2024

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement