Pada saat matahari menjadi bintang raksasa merah, kemungkinan besar koloni kehidupan di bumi tidak lagi sanggup menerima panas matahari, dan bumi tidak lagi nyaman seperti sekarang. Fenomena mendidihnya air laut sebagai indikator kiamat dapat dimengerti bahwa suatu saat ketika matahari berubah bentuk menjadi bintang raksasa merah, permukaan matahari yang panas bisa mencapai bumi.
Api kiamat dikirim dari permukaan matahari yang kini masih berada pada jarak yang jauh, lebih dari 125 juta kilometer, saat itu mungkin akan ditempuh dengan waktu yang singkat.
Matahari bisa berjumpa dengan bulan dan menelannya. Mungkin matahari sempat padam sejenak saat bagian luarnya mengelupas, lalu energinya diubah menjadi radiasi inframerah, seperti halnya banyaknya bintang yang sekarat hanya tampak atau terdeteksi dalam panjang gelombang inframerah. Saat itu angkasa bumi akan mengelupas, atau pemandangan ke arah langit terbelah. Tak ada lagi pemandangan langit biru, yang ada hanya pemandangan api plasma matahari.
Oleh karenanya, tak ada lagi meteor yang hancur, meteoroid yang tertumbuk bumi bisa jadi masih utuh dan banyak. Bumi akhirnya juga hancur bersama gunung-gunung menjadi atom-atom karena panasnya. Seperti halnya matahari, bintang-bintang lain dalam galaksi pun akan terus berevolusi mencapai titik akhir dan akhirnya padam.