REPUBLIKA.CO.ID, ANYER--Jauh sebelum pelabuhan Sunda Kelapa menjadi pusat perdagangan nusantara, lebih dulu dibangun pelabuhan Karangantu, Banten. Kala itu, Karangantu telah menjadi bandar perdagangan terbesar di Pulau Jawa.
Saudagar-saudagar Cina, Arab, Gujarat, dan Turki banyak mengangkut rempah-rempah yang kemudian dijual lagi di Eropa melalui pelabuhan Karangantu.
"Begitu majunya perdagangan kala itu, hingga Banten menjadi tempat pusat perdagangan domestik dan internasional," papar Alwi Shahab, pemerhati sejarah Jakarta, kepada peserta Melancong Bareng Abah Alwi edisi ‘Menelusuri Jalan Daendels’, Ahad (20/3).
Namun sayang, penaklukan Banten oleh pemerintah kolonial Belanda, yang diikuti pembangunan pelabuhan Sunda Kelapa, pelabuhan Karangantu tidak lagi menjadi pusat perdagangan. Secara otomatis kegiatan ekonomi kesultanan Banten mandek. Kini, pelabuhan Karangantu tidak lagi menjadi pelabuhan utama di Banten setelah Pelabuhan Merak juga dibangun. "Kondisinya sangat menyedihkan saat Itu," ungkap Abah Alwi, sapaan akrabnya.
Meski begitu, Abah Alwi menuturkan, pelabuhan Karangantu tengah dikembangkan menjadi obyek wisata. Diharapkan, ke depan, kegiatan ekonomi bisa tumbuh layaknya zaman kejayaan Banten lama. "Saya melihat pemerintah Banten secara perlahan membenahi peninggalan Kesultanan Banten yang selama ini tidak terurus," pungkasnya.