Rabu 29 Oct 2014 17:41 WIB

Yesaya Sombuk Divonis 4 Tahun 6 Bulan

Rep: c75/ Red: Esthi Maharani
Yesaya Sombuk
Foto: Republika/ Wihdan
Yesaya Sombuk

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sidang putusan terhadap terdakwa, Bupati Biak Numfor, Yesaya Sombuk digelar di pengadilan tindak pidana korupsi (tipikor), Rabu (29/10). Majelis hakim pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta menjatuhkan vonis kepada Yesaya hukuman penjara 4 tahun 6 bulan dan denda Rp 200 juta subsider kurungan 4 bulan. Berdasarkan putusan no 72/Pidsustpk/2014/ PN Jakarta Pusat.

"Mengadili saudara terdakwa, menyatakan Yesaya Sombuk terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan korupsi berlanjut dalam dakwaan premier. Dan pidana penjara selama 4 tahun, 6 bulan dan denda sejumlah Rp 200 juta, apabila tidak dibayar diganti pidana kurungan 4 bulan," ujar Ketua Majelis Hakim, Artha Theresia saat membacakan putusan diruang sidang tipikor, Rabu (29/10).

Putusan majelis hakim tipikor lebih ringan dari tuntutan jaksa penuntut umum yang menuntut Yesaya Sombuk dengan hukuman 6 tahun penjara dan denda Rp 250 juta subsider lima bulan kurungan serta pencabutan hak untuk dipilih dalam jabatan publik.

Majelis hakim mengatakan terdakwa secara meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi dan dinyatakan bersalah. Namun, majelis hakim tidak sependapat dengan dakwaan penuntut umum.

Pasalnya tuntutan bukan untuk membalas atas perbuatan terdakwa. Namun, hukuman diberikan untuk mencegah dan memberikan pendidikan kepada terdakwa.

Sementara, majelis hakim menolak pidana tambahan penuntut umum tentang hak dipilih untuk jabatan publik agar dicabut. Pasalnya hak dipilih untuk jabatan publik itu ditentukan oleh publik.

Majelis hakim pun menyampaikan hal-hal yang memberatkan terdakwa adalah terdakwa tidak mendukung pemberantasan korupsi, aktif dalam tindak pidana tersebut dan tidak memberikan suari tauladan. Apalagi terdakwa pernah menjadi guru.

Terpisah, terpidana Yesaya Sombuk mengatakan pihaknya akan berpikir ulang untuk melakukan banding atas putusan majelis hakim. Pasalnya, terdapat waktu 7 hari untuk memikirkan hal tersebut. "Saya pikir-pikir dulu (banding)," ungkapnya.

Sebelumnya, Yesaya Sombuk didakwa menerima suap dari Direktur PT Papua Indah Perkasa, Teddy Renyut sebesar SGD 63 ribu dan SGD 37 ribu.

Suap dilakukan Teddy agar dapat mengerjakan proyek rekonstruksi tanggul laut (talut) Kabupaten Biak Numfor di Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal tahun anggaran 2014.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement