Senin 20 Jul 2020 12:50 WIB

Program PEN Belum Optimal, Prospek Ekonomi Sulit Bangkit

Indef melihat ada potensi Indonesia memasuki fase resesi pada 2020 ini.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Resesi ekonomi.
Foto: Tim Infografis Republika.co.id
Resesi ekonomi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto menilai program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang dicanangkan pemerintah untuk mengatasi dampak Covid-19 belum direalisasikan secara optimal. Menurut Eko, hal tersebut tercermin dalam proyeksi pertumbuhan ekonomi yang masih mengalami koreksi di kuartal II dan kuartal III. 

Dengan kondisi tersebut, Eko melihat, Indonesia berpotensi mengalami fase resesi pada 2020 ini. "Tanda-tanda bahwa kuartal III akan kembali positif belum terlihat, jika kuartal III juga negatif maka akan masuk resesi," kata Eko, Senin (20/7). 

Baca Juga

Eko mengatakan ekonomi Indonesia terus mengalami ketidakpastian seiring jumlah kasus positif Covid-19 yang belum bisa ditekan dan dikendalikan. Di sisi lain, banyak dunia usaha melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) serta merumahkan karyawan akibat lesunya permintaan.

Menurut Eko, tanpa kemampuan secara optimal memanfaatkan program PEN, maka prospek ekonomi akan sulit bangkit di tahun ini. Selain itu, ia menambahkan, stimulus harus diimplemetasikan dengan cepat dan tepat sasaran terutama untuk UMKM dan sektor pertanian-kelautan

Eko melihat, sektor-sektor ini dapat mempercepat stimulasi meningkatnya daya beli, sehingga dapat menimbulkan efek pengganda ke industri besar dan sedang, pariwisata, transportasi, perdagangan dan seterusnya. 

"Namun, sebelum semua itu dapat berjalan sesuai rencana, pemerintah harus bisa mengendalikan pandemi ini. Kalau kasus positif naik terus, ya kebijakan ekonomi apapun sulit berjalan mulus," tutur Eko.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement