Ahad 03 Jan 2021 16:48 WIB

Kementan Dorong Kedelai Lokal, Pengrajin Tempe Ragukan Stok

Saat ini, harga kedelai mencapai Rp 10 ribu per kg dari biasanya Rp 7.000 per kg.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Friska Yolandha
Pengrajin tempe beraktivitas di salah satu Sentra Produksi Tempe, Utan Panjang, Jakarta, Ahad (3/1). Sebagai bentuk protes melonjakanya harga kedelai impor yang mencapai Rp 9.500 per kilogram dari harga normal Rp7.200 per kilogram, Sejumlah produsen tahu dan tempe di Jabodetabek menggelar aksi mogok dagang pada 1 s/d 3 Januari 2021. Mereka meminta pemerintah untuk membuat skema tata niaga kedelai yang saling menguntungkan demi menjaga stabilitas harga untuk kenyamanan pelaku UKM tersebut yang jumlahnya cukup besar.Prayogi/Republika.
Foto: Prayogi/Republika.
Pengrajin tempe beraktivitas di salah satu Sentra Produksi Tempe, Utan Panjang, Jakarta, Ahad (3/1). Sebagai bentuk protes melonjakanya harga kedelai impor yang mencapai Rp 9.500 per kilogram dari harga normal Rp7.200 per kilogram, Sejumlah produsen tahu dan tempe di Jabodetabek menggelar aksi mogok dagang pada 1 s/d 3 Januari 2021. Mereka meminta pemerintah untuk membuat skema tata niaga kedelai yang saling menguntungkan demi menjaga stabilitas harga untuk kenyamanan pelaku UKM tersebut yang jumlahnya cukup besar.Prayogi/Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) akan mendorong penggunaan kedelai lokal, sebagai respons atas aksi mogok produksi para pengrajin tempe dan tahu akibat melambungnya harga kedelai. Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Suwandi mengatakan bahwa besok, Senin (4/1), akan ada penandatangan kerja sama (MoU) antara investor, Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) dan Gapoktan petani kedelai untuk memasok kedelai lokal ke pengrajin tempe tahu.

"Kedelai petani sekarang laku dan harga bagus, petani akan semangat tanam. Pengrajin tahu tempe akan membeli dari petani," ujar Suwandi kepada Republika.co.id, Ahad (3/1).

Baca Juga

Menanggapi hal ini, Ketua Sahabat Pengrajin Tempe Pekalongan Indonesia (SPTPI) Mu'alimin mengaku pesimis kedelai lokal bisa cukup untuk memasok kepada pengrajin tempe dan tahu yang banyak di seluruh Indonesia.

"Saya nggak yakin kalau kedelai lokal bisa memasok kedelai untuk pengrajin tempe yang begitu banyak. Harapan saya supaya pemerintah mengembalikan impor kedelai ke tangan Bulog, sehingga masalah harga bisa terkendali," kata Mu'alimin.

Kerja sama ini dimaksudkan agar para pengrajin tidak lagi bergantung pada kedelai impor yang harganya berfluktuasi sesuai dengan kurs dolar.

Sebelumnya Kepala Sub-Direktorat Serelia Kementan Mulyono menjelaskan bahwa Kementan tetap mendorong daerah-daerah sentra untuk terus menanam kedelai secara swadaya. Tercatat sepanjang 2020 produksi kedelai mencapai 300 ribu ton.

"Kementan tetap mendorong untuk pengembangan kedelai lokal meskipun bantuan untuk pengembangan kedelai pada 2021 hanya 125 ribu hektare,” ujar Mulyono.

Mulyono menyebut saat ini hambatan bagi para petani karena berkurangnya harga jual panen yang rendah, sehingga petani beralih komoditas lain yang menjanjikan. Berdasarkan Permendag Nomor 7 Tahun 2020 harga acuan pembelian kedelai lokal tingkat petani sebesar Rp 8.500 per kilogram, namun katanya tidak berjalan di lapangan.

Dengan kondisi ini, kedelai impor yang masih terus menjadi tumpuan untuk memproduksi tahu tempe. Meskipun harganya sedang naik, Kementerian Perdagangan menyebut Asosiasi Importir Kedelai Indonesia masih punya stok di gudang sekitar 450 ribu ton.

Saat ini harga kedelai mencapai Rp 9.200 sampai Rp 10.000 per kilogram, bahkan ada yang lebih dari Rp 10.000 per kilogram. Padahal biasanya harga normal kisaran Rp 6.500 sampai Rp 7.000 per kilogram.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement