Al-Husain lalu memacu kudanya menuju pasukan yang masih tersisa. Sambil menengadahkan kedua tangan, dia berdoa: "Ya Allah, hanya Engkau yang aku percaya dalam setiap musibah, hanya Engkau harapanku dalam setiap kesulitan, dan hanya Engkau yang aku yakini dalam apa pun yang menimpaku. Engkaulah satu-satunya pemberi semua nikmat dan pemilik segala kebaikan" (Siyar A'lamin Nubala).
Al-Husain mulai memobilisasi pasukan dan membagi tugas guna menyongsong peperangan (Tarikh ath-Thabari). Zuhair bin al-Qain ditempatkan sebagai komandan sayap kanan, Habib bin Muzhahir sebagai komandan sayap kiri, sedangkan panji peperangan diserahkan kepada saudaranya sendiri, al-Abbas bin Ali.
Para wanita dan anak-anak diamankan di dalam tenda bagian belakang. Sebelumnya, al-Husain memerintahkan agar melindungi mereka dengan tumpukan kayu dan rotan yang dibakar sehingga musuh tidak dapat menerobos dari arah tersebut (Tarikh ath-Thabari).
Sementara itu, pasukan Kufah semakin mendekati al-Husain. Mereka menyaksikan kobaran api yang melahap kayu bakar dan rotan di bagian belakang tenda. Melihat itu, Syamr bin Dzul Jausyan berkomentar dengan angkuh: "Wahai al-Husain, rupanya kamu ingin segera mencicipi api di dunia ini, sebelum api neraka di akhirat kelak!" Al-Husain membalas: "Kamulah yang lebih pantas dibakar di dalamnya!" (Al-Kamil fit Tarikh).