REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Kelompok masyarakat sipil pengawas tahanan politik di Myanmar menyampaikan warga Myanmar yang tewas telah mencapai 320 orang sejak kudeta militer 1 Februari lalu.
Dalam laporannya pada Jumat dini hari (26/3), Asosiasi Pendamping untuk Tahanan Politik (AAPP) menyampaikan tambahan 34 orang tewas pada Kamis menyusul kekerasan yang terjadi di Myanmar.
“Jumlah korban sebenarnya kemungkinan besar jauh lebih tinggi. Kami akan terus menambahkan,” terang AAPP, NGO mantan tahanan politik Myanmar di pengasingan, dalam pernyataan yang keluarkan di kantornya di Mae Sot, Thailand.
Menurut AAPP, demonstran terus menggelar aksi mogok dan protes di sejumlah kota, beberapa di antaranya ditindak dengan kekerasan.
“Orang-orang ditembak mati, terluka, dan ditangkap,” kata AAPP.
AAPP melaporkan di Kotapraja Kyaukpadaung, Wilayah Mandalay, seorang pemuda terbunuh. Sedangkan di Kota Mandalay, seorang anak berusia 16 tahun tewas dan sebagian lainnya luka-luka.
Situasi di Myanmar terus bergejolak usai militer merebut kekuasaan pada 1 Februari dengan menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi. Menanggapi kudeta tersebut, kelompok sipil di seluruh negeri meluncurkan kampanye pembangkangan sipil dengan demonstrasi massa dan aksi duduk.