Ahad 13 Jun 2021 02:15 WIB

IMF Proyeksi Ekonomi Turki Tumbuh 5,75 Persen Tahun Ini

Harga konsumen Turki meningkat 16,6 persen secara tahunan pada Mei.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
 Seorang pria membawa bendera Turki di depan Masjid Hagia Sophia (ilustrasi). Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Turki akan kuat tahun ini.
Foto: EPA-EFE/SEDAT SUNA
Seorang pria membawa bendera Turki di depan Masjid Hagia Sophia (ilustrasi). Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Turki akan kuat tahun ini.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Turki akan kuat tahun ini. Risiko pun meningkat setelah cadangan menurun dari tingkat sebelumnya yang rendah. 

Produk Domestik Bruto (PDB) di Turki diperkirakan meningkat sekitar 5,75 persen pada 2021 dan kembali ke tren lebih lambat tahun depan. IMF mengatakan hal tersebut setelah melakukan peninjauan Pasal IV ke Turki.

Baca Juga

Cadangan bruto Turki, kata IMF, jauh di bawah kisaran kecukupan yang direkomendasikan, dan cadangan internasional bersih negatif ketika pertukaran valuta asing dengan bank sentral dikecualikan. IMF melanjutkan, ruang fiskal Turki pun dibatasi oleh kewajiban kontinjensi dan potensi tekanan rollover utang, sementara depresiasi lira menambah tekanan neraca perusahaan dan bank nonkeuangan. 

Bank Sentral Turki kemudian membuka penggunaan cadangan guna mendukung mata uang Lira. "Inflasi diperkirakan akan tetap tinggi, dan cadangan turun lebih lanjut," kata IMF dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Bloomberg pada Sabtu (12/6).

"Dengan kebutuhan pembiayaan eksternal yang tinggi, simpanan valuta asing domestik yang cukup besar, dan buffer cadangan yang rendah. Maka ekonomi tetap rentan terhadap guncangan dan perubahan sentimen di dalam dan luar negeri," lanjut IMF. 

Lembaga internasional itu pun mengatakan, risiko domestik termasuk relaksasi prematur kebijakan moneter dan kredit atau salah langkah kebijakan lainnya yang semakin mengikis kredibilitas dan penyangga. Risiko eksternal termasuk kenaikan suku bunga di negara maju dan penghindaran risiko global yang lebih tinggi, sambung IMF, dapat mengekspos kerentanan serta penundaan vaksinasi dan perkembangan geopolitik yang merugikan.

Sementara, harga konsumen Turki meningkat 16,6 persen secara tahunan pada Mei. Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan, penurunan suku bunga dapat disampaikan pada awal Juli atau Agustus. Bank Sentral Turki memproyeksikan, inflasi akan melambat mulai akhir kuartal ketiga dan akhir tahun di 12,2 persen.

Direktur eksekutif IMF menyerukan, agar Turki lebih mengekang dan memfokuskan kembali pertumbuhan kredit di berbagai bank milik negara dan pemantauan kewajiban valuta asing bank. Mereka juga menyerukan reformasi struktural guna melawan dampak pandemi Covid-19, meningkatkan fleksibilitas pasar tenaga kerja dan restrukturisasi perusahaan yang layak, bangkrut sementara, dan pembubaran perusahaan yang tidak layak.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement