Kamis 16 Jun 2022 19:28 WIB

Besarnya Dukungan DPW Nasdem untuk Anies yang Sudah Diduga

Dukungan Nasem ke Anies bisa membawa efek mirip keberhasilan PDIP dengan Jokowi.

Red: Indira Rezkisari
Pengamat politik menilai hanya menunggu waktu bagi Ketua Partai NasDem Surya Paloh mengumumkan pilihannya mendukung Anies Baswedan sebagai capres 2024.
Foto:

Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga mengatakan besarnya dukungan DPW Nasdem terhadap Anies Baswedan untuk menjadi capres sudah diduga sebelumnya. Sebab, sebelum Rakernas sebagian DPW sudah mengutarakan dukungan terhadap Anies.

"Anies setidaknya mendapat dukungan yang kuat dari akar rumput Partai Nasdem. Dukungan tersebut akan memudahkan bagi Surya Paloh untuk memutuskan Anies sebagai capres tunggal dari Nasdem," katanya pada Kamis (16/6/2022).

Kemudian, ia melanjutkan memudahkan Surya Paloh karena sebelum rakernas ada faksi-faksi di Nasdem yang tidak berkenan Anies menjadi capres. "Penolakan tersebut dengan sendirinya menjadi tidak beralasan dengan besarnya dukungan kepada Anies dari DPW Nasdem untuk capres," kata dia.

Ia menambahkan pencalonan Anies menjadi capres dari Nasdem tampaknya tinggal menunggu saja. "Surya Paloh tidak perlu lagi mencari-cari pembenaran politik untuk mengusung Anies menjadi capres. Surya Paloh tinggal mencari momentum yang tepat mendeklarasikan mengusung Anies menjadi capres," kata dia.

Sedang Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro mengungkapkan dengan keluarnya tiga nama capres di Rakernas Nasdem itu, telah membawa beragam realitas politik. Ia menyebut dengan tiga nama capres itu, Nasdem dalam konteks ini bisa memainkan peranan strategis.

"Ketika konsisten mengusung nama Anies ke kubu oposisi dalam hal ini PKS dan Demokrat, namun di saat yang sama mengkomunikasikan intensif Ganjar ke mitra koalisi yakni Poros KIB dan PDIP. Dan yang secara mandiri bisa mendorong nama sendiri hingga Desember 2022, ketika keputusan sudah bulat mengusung satu nama sebagai Capres," ungkap Agus.

Dari konstelasi ini, jelas dia, menyisakan di luar poros yakni Gerindra yang telah solid mengusung nama Pak Prabowo. Kemudian PKB yang terus membawa nama Cak Imin sebagai Capres ke KIB maupun PKS. Di sisi lain, menurut dia, Nasdem percaya membawa nama Anies lebih menguntungkan secara elektoral, karena namanya belum terasosiasi kuat dengan partai manapun.

Apalagi Anies secara historis punya cerita positif dengan Surya Paloh ketika ditunjuk sebagai deklarator Ormas Nasdem sebelum berubah menjadi partai politik. Di titik inilah efek ekor jas (coat tail effect) dari Anies untuk Nasdem lebih optimal ketimbang mendukung Ganjar yang telah dikenal publik sebagai kader PDIP.

"Tapi mendukung Anies sesungguhnya berisiko, tapi ini lebih baik untuk meretas Nasdem menjadi partai besar sebagaimana PDIP berhasil dengan Jokowi-nya dan Gerindra bersama Prabowo-nya," sebut dia.

Agus menilai ada risiko dengan mendukung Anies yang selama ini dikenal sebagai antitesis Presiden Jokowi. Di mana sejak menjadi Gubernur DKI Jakarta 2017, Anies dianggap dekat dengan kalangan kanan konservatif. Walaupun perpecahan ini bisa dinetralisir dimana Nasdem sebagai pendukung Presiden Jokowi sejak masih menjadi Gubernur DKI Jakarta tahun 2012.

"Jika Pilpres kembali hanya dua poros koalisi, maka publik akan saling berhadap-hadapan (head to head) saat 2024, konsekuensi pembelahan sosial semakin besar," katanya mengingatkan.

Karena itu Inisiasi Nasdem bersama Anies, di tahap ini meneguhkan jalan politik kebangsaan yang selama Rakernas terus digaungkan. Ini menjadi nilai tambah tersendiri karena mempelopori langsung secara konkrit narasi baik menuju Pilpres.

Ia yakin, dinamika politik elektoral akan bergerak dinamis. Secara obyektif menghadirkan realitas politik baru, dan tidak menutup kemungkinan adanya poros baru yang diinisasi oleh Nasdem bersama Capresnya. Langkah ini semakin terbuka apalagi bila berhasil merangkul kubu oposisi yang digalang PKS-Demokrat dalam skema kerjasama yang tepat.

Namun sebaliknya, jika terjadi lobi-lobi tingkat tinggi (high politics) di Desember 2022 nanti. Kemudian memutuskan hanya satu nama bagi Nasdem dan menelurkan nama Ganjar, maka kemungkinan pertarungan head to head semakin mengkristal. "Maka pembelahan semakin tajam sebagaimana dua pemilu sebelumnya," imbuhnya.

photo
Tiga Pasang Capres-Cawapres Terkuat - (Infografis Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement