REPUBLIKA.CO.ID, PBB--Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan pemerintah Amerika Serikat untuk pertama kali menggelar dialog antaragama pada tingkat multilateral di gedung Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa, New York, kemarin (1/12). Enam pemimpin agama dari Indonesia dan Amerika ambil bagian dalam dialog tersebut sebagai pembicara.
Pembicara dari Indonesia adalah Ketua Umum PP Muhammadiyah Dr Din Syamsuddin, Sekretaris Jenderal Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Prof Philip Wijaya dan Ketua Umum Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Martinus Situmorang. Sedangkan dari AS adalah Archbishop Francis Chullikatt dari Apostolic Nuncio, pengamat tetap "the Holy See untu PBB, pendeta Michael Livingstone dari National Council of the Churches of Christ di AS, dan Presiden "Islamic Society of North America, Imam Mohamed Magid Ali,
Diskusi antaragama yang berlangsung di Conference Room-6 Markas PBB itu dibuka secara resmi oleh Wakil Tetap RI untuk PBB, Duta Besar Hasan Kleib dan Wakil Tetap AS untuk PBB, Duta Besar Susan E. Rice. Para tokoh agama dari berbagai negara serta kalangan diplomat PBB, termasuk duta besar dari Irak, Vietnam, Maladewa dan Kuasa Usaha ad interim Kamboja, menghadiri dialog tersebut.
Duta Besar Rice membuka acara diskusi dengan mengajak semua hadirin untuk menundukkan kepala sejenak, memanjatkan doa bagi para korban bencana alam tsunami di Kepulauan Mentawai dan letusan Gunung Merapi di Jawa Tengah baru-baru ini. Ia mengungkapkan dialog tersebut merupakan upaya tindak lanjut dari pidato Presiden Barack Obama tahun lalu kepada dunia Muslim di Kairo, Mesir, serta kelanjutan dari dialog antaragama pertama yang diselenggarakan Indonesia dan AS pada Januari lalu di Jakarta.
Diharapkan, dialog yang digelar di PBB dapat menjadi ajang saling belajar antar para penganut agama berbagai negara dalam membantu masyarakat masing-masing menghadapi berbagai tantangan bersama, yaitu mengentaskan kemiskinan, mengatasi perubahan iklim, memperkuat pemerintahan yang bersih serta memajukan pendidikan.
Dalam sambutannya, Dubes Hasan Kleib menyampaikan bahwa Indonesia adalah bangsa yang sangat percaya terhadap kekuatan dialog antaragama dalam menciptakan kehidupan bermasyarakat yang harmonis. Ia juga memberikan berbagai ilustrasi tentang bagaimana kehidupan harmonis berjalan, antara lain dengan adanya bangunan tempat-tempat ibadah berlainan agama yang berdampingan satu-sama lain.
Ia memberi contoh Masjid Istiqlal di Jakarta--yang dikunjungi Presiden Obama dalam lawatannya pada awal November lalu--berada berseberangan dengan bangunan Kathedral. "Dan para penganut kedua agama itu memarkir kendaraan mereka di lokasi yang sama," kata Hasan kepada peserta diskusi.
Menjawab pertanyaan usai pertemuan, Hasan membenarkan bahwa Indonesia mendapat apresiasi dari berbagai pihak karena dapat bekerja sama dengan pemerintah AS menggelar dialog antaragama di tingkat multilateral untuk yang pertama kali. Bagi Hasan, antusiasme pemerintah AS untuk bekerja sama dengan Indonesia itu menunjukkan tingkat kenyamanan di tengah berbagai perbedaan kedua negara.
"Ini juga refleksi dari pengakuan Amerika Serikat terhadap tingginya toleransi dan harmoni agama di Indonesia sehingga AS yakin bahwa kerja sama dengan Indonesia akan memberikan manfaat bagi kedua belah pihak," ujarnya. Forum tersebut merupakan kelanjutan dari pertemuan serupa yang telah digelar pada 25-29 Januari lalu di Jakarta.