Rabu 10 Jul 2013 21:34 WIB

AS Dukung Rencana Pemilu Mesir Lebih Awal

Rep: Ichsan Emrald Alamsyah / Red: Citra Listya Rini
Presiden Barack Obama
Foto: irib
Presiden Barack Obama

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Presiden Barrack Obama menilai usulan pemerintah transisi Mesir sebagai langkah positif. Lebih tepatnya, usulan pemilihan presiden lebih awal untuk mengembalikan kepemimpinan sipil yang terpilih secara demokratis. 

Sementara pemerintah Amerika Serikat (AS) mengakui sulit untuk merumuskan penggulingan Mursi yang dilakukan militer berdasarkan hukum di AS. Namun, beberapa pejabat pemerintah mengaku puas dengan rencana pemerintah transisi dan mendesak rakyat Mesir segera merancang konstitusi baru. 

Baru kemudian Mesir bisa memilih anggota parlemen dan presiden mereka. Sedangkan AS mengaku akan berjuang agar tak terjadi penghentian bantuan dana kepada pemerintah Mesir. Pemerintah AS pun bersikeras untuk menyebut penggulingan Mursi sebagai kudeta dan memilih menilai kembali hukum yang berlaku. 

Lagipula AS menilai dana tersebut masih begitu penting untuk membantu Mesir menjaga keamanan nasional. Sehingga AS tak memiliki rencana untuk menangguhkan bantuan 1,5 miliar dolar kepada Mesir. Dari angka itu senilai 1,3 miliar dolar adalah bantuan militer langsung. J

Juru Bicara Gedung Putih, Jay Carney mengatakan tujuan AS adalah untuk membantu rakyat Mesir dalam masa transisi menuju demokrasi. Meski itu membutuhkan waktu untuk mengevaluasi berbagai situasi di dalam Mesir.

Carney melanjutkan AS mendukung rencana potensial yang sesuai dengan proses demokrasi, yaitu pemilihan anggota parlemen dan presiden. Untuk itu AS menyerukan kepada semua pihak untuk terlibat dalam dialog mengenai proses menuju demokrasi. 

AS juga berharap tidak ada pihak yang menolak berpartisipasi karena cara yang paling baik menyelesaikan krisis adalah melibatkan setiap pihak. Obama yang mengaku khawatir dengan kondisi di Mesir pun sudah menghubungi Emir Qatar dan pemimpin Uni Emirat Arab. 

Kedua negara ini cukup getol mengkritik pemerintahan Mursi dan kelompok Ikhwanul Muslimin. Uni Emirat Arab bersama dengan Arab Saudi menjanjikan hibah, pinjaman lunak dan bantuan bahan bakar senilai delapan miliar dolar AS, sebagai hadiah kepada militer yang menjatuhkan Mursi. 

Obama juga mendorong pangeran Uni Emirat, Mohammed bin Zayed al Nahyan untuk memaksa militer Mesir ikut dalam dialog dan rekonsiliasi.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement