Sabtu 11 Jun 2022 14:37 WIB

Ukraina Laporkan 24 Kematian Anak di Mariupol

Total, 287 anak telah tewas sejak dimulainya invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari

Rep: Fergi Nadira/ Red: Friska Yolandha
Asap mengepul dari Metallurgical Combine Azovstal di Mariupol, di wilayah di bawah pemerintahan Republik Rakyat Donetsk, timur di Mariupol, Ukraina, Kamis, 5 Mei 2022. Kantor kejaksaan Ukraina mencatat tambahan 24 kematian anak di Mariupol, Sabtu (11/6/2022).
Foto: AP Photo
Asap mengepul dari Metallurgical Combine Azovstal di Mariupol, di wilayah di bawah pemerintahan Republik Rakyat Donetsk, timur di Mariupol, Ukraina, Kamis, 5 Mei 2022. Kantor kejaksaan Ukraina mencatat tambahan 24 kematian anak di Mariupol, Sabtu (11/6/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Kantor kejaksaan Ukraina mencatat tambahan 24 kematian anak di Mariupol, Sabtu (11/6/2022). Wilayah tersebut merupakan pelabuhan tenggara Ukraina yang dikepung selama berminggu-minggu sebelum pasukan Rusia merebutnya pada pertengahan Mei.

Secara total, kantor tersebut mengatakan bahwa setidaknya 287 anak telah tewas sejak dimulainya invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari. Lebih dari 492 telah terluka.

Baca Juga

"Selama pencatatan tindak pidana, diketahui bahwa 24 anak lagi tewas di Mariupol, wilayah Donetsk, sebagai akibat dari penembakan membabi buta oleh militer Rusia," kata kantor tersebut di aplikasi pesan Telegram.

"Angka-angka ini belum final, karena pekerjaan sedang dilakukan untuk menempatkan mereka di tempat-tempat permusuhan aktif, di wilayah yang diduduki dan dibebaskan sementara," katanya menambahkan.

Reuters tidak dapat memverifikasi laporan tersebut secara independen. Wali kota Mariupol mengatakan wabah kolera terjadi di kota itu karena sistem sanitasi rusak dan mayat-mayat membusuk di jalan-jalan.

Rusia telah membantah menargetkan warga sipil dan telah menolak tuduhan kejahatan perang dalam apa yang disebutnya operasi militer khusus yang ditujukan untuk demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina. Kiev dan sekutunya mengatakan Ukraina diserbu tanpa provokasi.

Awal Juni, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan bahwa lebih dari 250 anak telah terbunuh sejak perang dimulai dan lima juta masih berisiko mengalami kekerasan dan pelecehan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement