REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Panglima Angkatan Bersenjata Amerika Serikat (AS) Jenderal Mark Milley melakukan kunjungan mendadak ke pangkalan militer AS di Suriah, Sabtu (4/3/2023). Dia meninjau perlindungan bagi pasukan AS yang sudah hampir delapan tahun menjalankan misi penumpasan kelompok ISIS di sana.
Kepada awak media yang bepergian bersamanya, Milley mengungkapkan, dia yakin pasukan AS dan mitranya dari kelompok Kurdi membuat kemajuan dalam memastikan kekalahan ISIS untuk selamanya. Seorang wartawan sempat bertanya kepada Milley tentang apakah dia yakin misi AS di Suriah sepadan dengan risikonya.
Milley menjawab pertanyaan itu dengan mengaitkannnya dengan keamanan AS dan sekutunya. “Jika menurut Anda itu penting, maka jawabannya adalah ‘Ya’,” ujarnya.
Sejak awal konflik sipil Suriah pecah pada 2011, AS sudah menunjukkan dukungannya untuk kelompok oposisi daripada pemerintahan Presiden Bashar al-Assad. Namun keterlibatan militer AS pertama di Suriah terkait kampanye penumpasan ISIS. Negeri Paman Sam mengerahkan sekitar 2.000 tentara untuk kampanye tersebut bersama pasukan koalisi.
Pada Oktober 2015, AS mendukung pembentukan Pasukan Demokratik Suriah (SDF), sebuah kelompok yang sebagian besar terdiri atas milisi Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG). SDF menjadi kelompok yang membantu pasukan AS memerangi ISIS.
Pada Oktober 2019, AS berhasil membunuh pemimpin tertinggi ISIS Abu Bakar al-Baghdadi. Dia tewas dalam operasi yang digelar AS di barat laut Suriah, tepatnya di Barisha. Meski pemimpinnya tewas dan daerah kekuasaannya di Irak dan Suriah tergerus, ISIS masih tetap bergerilya.
Saat ini masih ada sekitar 900 tentara AS di Suriah. Pada 2021, koordinator Gedung Putih untuk Timur Tengah dan Afrika Utara Brett McGurk mengatakan, AS memiliki empat tujuan utama di Suriah. Yakni mengurangi kekerasan, mempertahankan tekanan militer terhadap ISIS, mengatasi krisis kemanusiaan Suriah, dan mendukung Israel.