Ahad 05 Mar 2023 12:35 WIB

Panglima Militer AS Lakukan Kunjungan Dadakan ke Pangkalan di Suriah

Mark Milley meninjau perlindungan bagi pasukan AS yang lakukan misi penumpasan ISIS.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Panglima Angkatan Bersenjata Amerika Serikat (AS) Jenderal Mark Milley melakukan kunjungan mendadak ke pangkalan militer AS di Suriah, Sabtu (4/3/2023).
Foto: AP Photo/Olivier Matthys
Panglima Angkatan Bersenjata Amerika Serikat (AS) Jenderal Mark Milley melakukan kunjungan mendadak ke pangkalan militer AS di Suriah, Sabtu (4/3/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Panglima Angkatan Bersenjata Amerika Serikat (AS) Jenderal Mark Milley melakukan kunjungan mendadak ke pangkalan militer AS di Suriah, Sabtu (4/3/2023). Dia meninjau perlindungan bagi pasukan AS yang sudah hampir delapan tahun menjalankan misi penumpasan kelompok ISIS di sana.

Kepada awak media yang bepergian bersamanya, Milley mengungkapkan, dia yakin pasukan AS dan mitranya dari kelompok Kurdi membuat kemajuan dalam memastikan kekalahan ISIS untuk selamanya. Seorang wartawan sempat bertanya kepada Milley tentang apakah dia yakin misi AS di Suriah sepadan dengan risikonya.

Baca Juga

Milley menjawab pertanyaan itu dengan mengaitkannnya dengan keamanan AS dan sekutunya. “Jika menurut Anda itu penting, maka jawabannya adalah ‘Ya’,” ujarnya.

Sejak awal konflik sipil Suriah pecah pada 2011, AS sudah menunjukkan dukungannya untuk kelompok oposisi daripada pemerintahan Presiden Bashar al-Assad. Namun keterlibatan militer AS pertama di Suriah terkait kampanye penumpasan ISIS. Negeri Paman Sam mengerahkan sekitar 2.000 tentara untuk kampanye tersebut bersama pasukan koalisi.

Pada Oktober 2015, AS mendukung pembentukan Pasukan Demokratik Suriah (SDF), sebuah kelompok yang sebagian besar terdiri atas milisi Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG). SDF menjadi kelompok yang membantu pasukan AS memerangi ISIS.

Pada Oktober 2019, AS berhasil membunuh pemimpin tertinggi ISIS Abu Bakar al-Baghdadi. Dia tewas dalam operasi yang digelar AS di barat laut Suriah, tepatnya di Barisha. Meski pemimpinnya tewas dan daerah kekuasaannya di Irak dan Suriah tergerus, ISIS masih tetap bergerilya.

Saat ini masih ada sekitar 900 tentara AS di Suriah. Pada 2021, koordinator Gedung Putih untuk Timur Tengah dan Afrika Utara Brett McGurk mengatakan, AS memiliki empat tujuan utama di Suriah. Yakni mengurangi kekerasan, mempertahankan tekanan militer terhadap ISIS, mengatasi krisis kemanusiaan Suriah, dan mendukung Israel.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement