Penyimpangan istidlal al Zaytun dalam konteks ini antara lain, makna “Tafassahu” dalam ayat bukan memerintahkan untuk menjaga jarak dalam barisan sholat, namun merenggangkan tempat untuk mempersilahkan orang lain menempati majlis agar kebagian tempat duduk. Bertentangan dengan hadits shahih yang secara tegas menganjurkan merapatkan barisan shalat dan bertentangan dengan ijma ulama perihal anjuran merapatkan barisan sholat.
Tidak berhenti sampai di situ, terpampang nyata juga sosok perempuan berada di shaf pertama dan seorang non muslim di sampingnya turut menghadiri pelaksanaan sholat Ied. Menjawab persoalan ini, pendiri Al-Zaytun, Panji Gumilang mengaku mengikuti madzhab Bung Karno, di mana dalam hukum Islam tidak dapat dibenarkan.
“Tidak sesuai dengan tuntunan beribadah Aswaja dan statemen Bapak Panji Gumilang perihal di atas hukumnya haram,” bunyi pernyataan Bahtsul Masail.