Ahad 28 Jul 2013 19:22 WIB

Internasional Mengutuk Aksi Militer Mesir

Rep: Bambang Noroyono / Red: Citra Listya Rini
Militer Mesir
Foto: AP/Hassan Ammar
Militer Mesir

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki mengajak negara-negara berpenduduk Islam, satu suara mengutuk kebengisan militer Mesir. Perdana Menteri Turki Reccep Tayyip Erdogan, mengatakan negara sahabat bungkam terkait situasi dan insiden politik di negeri Piramida itu.

''Hei, kalian yang Islam! Saudara-saudara kalian di Mesir sedang dibantai. Keadilan dan hak dasar telah disembelih. Dengarkah kalian? Melihatkah kalian? Apakah kalian tidak menyadari darah saudara-saudara kalian yang sedang ditumpahkan?,'' demikian kata Erdogan dalam konfrensi persnya menanggapi situasi terkahir di Mesir seperti dikutip Anadolu Agency, Ahad (28/7).

Turki kecewa kepada banyak pihak atas insiden yang terjadi di Mesir. Termasuk pada Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dan negara pengaku demokratis. Menurut dia, tidak ada toleransi atas tindakan militer di Mesir.

Internasional dikatakan Ketua Partai Keadialan dan Pembangunan Turki (AKP) ini tidak tegas menanggapi situasi di Mesir. Padahal, kata dia, semestinya sebagai wadah dan negara pendukung demokrasi sudah sepatutnya melihat situasi di Mesir adalah tindakan brutalisme. 

Turki meminta agar internasional turun tangan. ''Kami (Turki) tidak akan diam melihat situasi Mesir. Bahkan jika internasional ikut membiarkan,'' ujar dia.

Insiden berdarah kembali terjadi di beberapa wilayah kota Mesir, Jumat (26/7) dan Sabtu (27/7) waktu setempat. Sedikitnya 120 orang dinyatakan tewas dan 4.500 lainnya luka-luka. Mereka yang tewas lantaran serangan peluru tajam. 

Sebanyak 700 diantaranya luka-luka masih menjalani perawatan di pusat pelayanan kesehatan. Militer dengan sepihak membubarkan aksi demonstrasi pendukung presiden terguling Muhammad Mursi yang berkumpul di Masjid Rabaah al-Adawiyah dan Al-Nahda Square di Kota Nashr. 

Wilayah ini memang menjadi basis massa pendukung Ikhwanul Muslimin dan Mursi. Erdogan menilai militer di negara itu pecundang. Ungkapan itu datang dari tindakan militer yang semestinya melindungi masyarakat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement