Senin 29 Jul 2013 20:23 WIB

Ikhwanul Muslimin Tetap Lakukan Aksi Protes di Kairo

Rep: Bambang Noroyono / Red: Citra Listya Rini
Demonstran Ikhwanul Muslimin menggelar aksi demonstrasi menentang penggulingan Presiden Muhammad Mursi di halaman Masjid Rabaa Al Adawiya, Kairo, Mesir.
Foto: EPA/Khaled Elfiqi
Demonstran Ikhwanul Muslimin menggelar aksi demonstrasi menentang penggulingan Presiden Muhammad Mursi di halaman Masjid Rabaa Al Adawiya, Kairo, Mesir.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Ikhwanul Muslimin dan kelompok pendukung Muhammad Mursi tidak punya pilihan lain selain melancarkan aksi demi aksi untuk mengembalikan konstitusi yang sah. 

Protes, juga satu-satunya jalan mengembalikan kursi kepemimpinan Mursi yang sah saat menang dalam pemilihan nasional 2012. Juru Bicara Ikhwanul Muslimin Ahmed Arif mengatakan kelompoknya punya alasan dan basis massa yang kuat. 

Arif menegaskan kelompoknya siap dengan eskalasi politik apapun yang bakal membakar. ''Klaim kami jelas. Dan kami tetap akan melanjutkan protes secara damai. Tapi, jangan desak kami dengan kekerasan,'' kata Arif seperti dilansir Anadolu Agency, Senin (29/7).

Arif tentu menolak desakan militer dan Presiden interim Mesir Adly Mansour untuk menyudahi aksi. Kata dia, menghentikan aksi tentu ketertundukan pada kultur berdemokrasi. 

Menurut Arif, Ikhwanul Muslimin sudah dalam koridor kebenaran memimpin Mesir. Kecurangan militer sebut dia adalah penghancur demokrasi. Arif juga menuduh pemerintahan inkonstitusional di Ibu Kota Kairo saat ini adalah implementasi kekuatan militer. 

Dewan Keamanan Nasional (NSC) kata dia memutar fakta kerusuhan dan pelaku culas penegakan hukum. ''Kami (Ikhwanul Muslimin) adalah korban. Kami tidak mengakui keberadaan mereka,'' sambung Arif.

Pernyataan Arif adalah terbuka pascainsiden mematikan di beberapa titik Mesir. Sekira 120 orang dikatakan tewas dalam aksi brutal pembubaran protes damai Ikhwanul Muslimin dan pendukung Mursi, Jumat (26/7) dan Sabtu (27/7). 

Korban tewas kebanyakan di October Bridge di Kairo Selatan, dan di Masjid Rabiah al-Adawiyah. Pembubaran paksa oleh militer itu juga terjadi di Lapangan al-Nahda di Kota Nashr. Tidak saja mengkafani para pendukung Mursi, aksi militer juga mengakibatkan sedikitnya 4.500 orang mengalami luka-luka. 

Human Right Watch (HRW) dalam laporannya di Daily News Egypt, Ahad (28/7) menuliskan, kebanyakan korban tewas lantaran diterabas peluru tajam dari jarak jauh. Kebanyakan dari korban punya lubang di bagian kepala, leher dan dada. HRW meyakini satuan khusus militer disiapkan di setiap sudut kota.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement