Intelijen AS: Jika Berkuasa, Taliban akan Cabut Hak Wanita. Para wanita Afghanistan memegang plakat bertuliskan di Pashto Kami Ingin Gencatan Senjata Permanen selama unjuk rasa untuk menuntut perdamaian saat otoritas Afghanistan dan Taliban sedang membahas pakta perdamaian di Doha, di Jalalabad, Afghanistan, 16 September 2020. Hampir 19 tahun setelah jatuhnya Taliban rezim dan invasi Amerika Serikat, pemerintah Afghanistan dan pemberontak pada 12 September, memulai negosiasi perdamaian di Doha. Berbeda dengan tim Taliban, kelompok negosiasi beranggotakan 21 orang yang dikirim oleh Kabul termasuk empat wanita, yang - antara lain - akan berupaya untuk menjaga kemajuan hak-hak wanita sejak jatuhnya rezim Taliban yang telah mencegah anak perempuan pergi ke sekolah dan dikurung. wanita ke rumah mereka.

Intelijen AS: Jika Berkuasa, Taliban akan Cabut Hak Wanita

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sebuah laporan baru yang dirilis Badan Intelijen Amerika Serikat (AS) mengungkapkan, penarikan koalisi militer yang dipimpin AS dari Afghanistan berpotensi mengancam hak-hak perempuan di negara itu. "Jika Taliban dapat kembali memperoleh kekuasaan, mereka akan memundurkan kembali sebagian besar kemajuan yang sudah dibangun dua dekade terakhir," kata penilaian oleh Dewan Intelijen Nasional AS. Laporan dua halaman itu merujuk pada perlakuan...

John Bolton

AS Tarik Pasukan, Suriah Diperingatkan Setop Senjata Kimia

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton telah memperingatkan Pemerintah Suriah agar tidak menjadikan momen penarikan militer AS dari negara itu sebagai kesempatan untuk menggunakan senjata kimia. Peringatan tersebut disampaikan ketika Bolton memulai perjalanan empat hari ke Israel dan Turki untuk membahas mengenai penarikan pasukan AS, pada Sabtu (5/1). Langkah yang diumumkan sebelum Natal itu pada awalnya diperkirakan akan...