REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH – Palestina resmi memperpanjang pemberlakuan masa tanggap darurat selama sebulan di tengah pandemi wabah virus corona atau Covid-19.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas pun telah menyepakati untuk memperpanjang keadaan darurat negara itu pada Senin (4/5) malam waktu setempat.
Dengan demikian, masa pemberlakuan lockdown atau karantina nasional di Palestina diperpanjang untuk ketiga kalinya.
Dan kali ini, lockdown diberlakukan selama sebulan yang dimulai pada 5 Mei ini. Pemerintah Palestina pada awalnya mengumumkan lockdown selama 30 hari pada 6 Maret lalu.
Hal itu setelah kasus-kasus virus corona ditemukan di Betlehem sehingga Presiden Abbas memutuskan untuk memperpanjangnya selama sebulan lagi pada 3 April.
Menteri Kesehatan Palestina Mai al-Kaila mengatakan 10 kasus baru telah dikonfirmasi di Yerusalem yang diduduki dan Tepi Barat. Jumlah kasus meningkat menjadi 170 di Yerusalem dan 362 di Tepi Barat dan Gaza.
Sejak pertama kali muncul di Wuhan, China, Desember lalu, virus Covid-19 telah menyebar ke sedikitnya 187 negara dan wilayah, dengan AS dan Eropa merupakan daerah yang paling terpukul.
Lebih dari 3,5 juta kasus telah dilaporkan di seluruh dunia, dengan jumlah kematian melebihi 251 ribu dan lebih dari 1,1 juta pemulihan, menurut data yang dikumpulkan Universitas Johns Hopkins di AS.
Sekitar 40 ribu pekerja di Tepi Barat yang diduduki diperkirakan akan memasuki Israel untuk periode selama tiga pekan di tengah pandemi Covid-19. Israel telah membuka kembali sejumlah perbatasan menyusul kesepakatan dengan Otoritas Palestina (PA).
Hal itu dilakukan dalam sebuah langkah yang memungkinkan ribuan warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki mencari peluang kerja meski ada kekhawatiran terkena virus corona. Langkah pembukaan tersebut akan membuat sekitar 40 ribu warga Palestina menyeberang untuk bekerja, terutama di bidang konstruksi dan pertanian.
Langkah ini dilakukan bersamaan dengan pelonggaran pembatasan yang diberlakukan terkait penanganan Covid-19 di Israel. Israel sejauh ini telah mencatat 16.185 kasus positif dan 229 kematian.