Rabu 07 Apr 2021 12:42 WIB

NGO Myanmar: 581 Orang Tewas Sejak Kudeta Milter

Pasukan junta di kota Mandalay menindak para petugas kesehatan yang aksi mogok

Red: Nur Aini
Kelompok masyarakat sipil pengawas tahanan politik di Myanmar menyampaikan warga yang tewas dalam demonstrasi menentang kudeta militer sudah mencapai 581 orang sejak 1 Februari lalu.
Kelompok masyarakat sipil pengawas tahanan politik di Myanmar menyampaikan warga yang tewas dalam demonstrasi menentang kudeta militer sudah mencapai 581 orang sejak 1 Februari lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Kelompok masyarakat sipil pengawas tahanan politik di Myanmar menyampaikan warga yang tewas dalam demonstrasi menentang kudeta militer sudah mencapai 581 orang sejak 1 Februari lalu.

Dalam laporannya Rabu dini hari (7/4), Asosiasi Pendamping untuk Tahanan Politik (AAPP) menyampaikan tambahan 11 orang tewas pada Selasa (6/4) menyusul kekerasan yang terjadi di Myanmar. AAPP juga melaporkan hingga 6 April, total 2.750 orang telah ditahan.

Baca Juga

Dari jumlah itu, dari 38 dijatuhi hukuman dan 463 lainnya telah dikeluarkan surat perintah penangkapan. AAPP selanjutnya mempertanyakan sikap non intervensi ASEAN atas kekerasan yang terus berlanjut di Myanmar.

“Kebijakan non intervensi (ASEAN) tidak berarti mengizinkan junta untuk menyiksa orang-orang yang ditahan, atau memutilasi warga sipil dengan tato dari para pemimpin mereka yang terpilih secara demokratis,” kata AAPP.

AAPP melaporkan pasukan junta di kota Mandalay menindak para petugas kesehatan yang melakukan aksi mogok. Akibatnya satu orang terluka dan empat dokter ditangkap dengan kejam. Selain itu, sepeda motor dan telepon genggam juga disita.

Di Kotapraja Kyaukme, Negara Bagian Shan, lanjut AAPP, pasukan junta menyerang dengan lebih dari 20 granat asap ke kerumunan demonstran yang melakukan mogok kerja.

“Di Kotap Mogaung, Negara Bagian Kachin, pasukan junta menggunakan peluru tajam untuk melakukan protes,” lapor AAPP.

Junta militer, kata AAPP, juga menculik anggota keluarga sebagai sandera jika mereka tidak menemukan orang yang mereka inginkan. Myanmar diguncang kudeta militer pada 1 Februari dengan menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi. Militer berdalih pemilu yang mengantarkan Suu Kyi terpilih dengan suara terbanyak penuh kecurangan.

Menanggapi kudeta tersebut, kelompok sipil di seluruh negeri meluncurkan kampanye pembangkangan dengan demonstrasi massa dan aksi duduk di jalan.

 

 

sumber : https://www.aa.com.tr/id/dunia/ngo-myanmar-581-orang-tewas-sejak-kudeta-milter/2200511
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement