Kamis 08 Jul 2021 08:32 WIB

WHO Minta Dunia Hati-Hati Cabut Pembatasan Sosial

Banyak negara di dunia mulai melonggarkan, bahkan mencabut pembatasan sosial ketat.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Pasien dibawa menuju RS Royal London, Inggris, Senin (14/6). PM Boris Johnson menunda pengumuman pelonggaran kebijakan lockdown hingga empat pekan lagi karena kenaikan kasus Covid-19 akibat varian Delta yang tinggi.
Foto: EPA-EFE/ANDY RAIN
Pasien dibawa menuju RS Royal London, Inggris, Senin (14/6). PM Boris Johnson menunda pengumuman pelonggaran kebijakan lockdown hingga empat pekan lagi karena kenaikan kasus Covid-19 akibat varian Delta yang tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak negara-negara di dunia berhati-hati dalam mencabut pembatasan sosial Covid-19. WHO menilai penularan virus masih bisa meningkat terlepas dari luas dan tingginya cakupan vaksinasi.

 “Saya akan mendesak kehati-hatian dalam pencabutan penuh tindakan kesehatan masyarakat dan sosial saat ini, karena ada konsekuensi untuk itu (penyebaran virus),” kata Direktur Program Kedaruratan WHO Michael Ryan dalam konferensi pers pada Rabu (7/7).

Baca Juga

Banyak negara di dunia mulai melonggarkan, bahkan mencabut pembatasan sosial ketat yang sebelumnya diterapkan untuk mencegah penyebaran Covid-19. Pada 1 Juli lalu, Uni Eropa resmi memberlakukan kembali perjalanan bebas lintas-batas antara negara-negara anggotanya

Namun ada aturan baru, yaitu warga Benua Biru harus membawa sertifikat, baik digital maupun fisik, yang mencakup informasi tentang vaksinasi, tes, atau telah pulih dari Covid-19. Sertifikat tersebut dikenal dengan European Union Digital Covid Certificate (EUDCC). Sertifikat tersebut resmi, gratis, dan harus diakui 27 negara anggota Uni Eropa serta Swiss, Liechtenstein, Islandia, dan Norwegia.

EUDCC berlaku dalam tiga situasi, pertama membuktikan apakah seseorang telah divaksinasi Covid-19. Kedua apakah mereka memiliki tes negatif baru-baru ini. Ketiga, apakah individu terkait dianggap imun setelah pernah terinfeksi Covid-19. Untuk yang terakhir, bukti tes PCR yang menunjukkan hasil positif diperlukan.

Inggris juga berencana mencabut sebagian besar pembatasan sosialnya. Terkait hal itu, WHO telah memperingatkan tentang potensi lonjakan kasus Covid-19 di Eropa. Selama 10 pekan terakhir, angka infeksi di Benua Biru telah menurun. Namun kini ada penyebaran varian Delta.

Kapala WHO untuk Eropa Hans Kluge mengungkapkan, pekan lalu kasus baru Covid-19 di Eropa naik 10 persen. Hal itu terjadi karena adanya peningkatan perjalanan, pertemuan, dan pelonggaran pembatasan sosial.  

“Ini terjadi dalam konteks situasi yang berkembang pesat. Varian baru yang menjadi perhatian, Delta, dan di wilayah, di mana meskipun ada upaya luar biasa oleh negara-negara anggota, jutaan (orang) tetap tidak divaksinasi,” kata Kluge pada 1 Juli lalu.

Oleh sebab itu, Kluge mengimbau penduduk Eropa agar tetap mematuhi protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19. “Akan ada gelombang baru di kawasan WHO Eropa, kecuali kita tetap disiplin,” ucapnya. 

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement