Sabtu 06 Jul 2013 21:24 WIB

Bantah Terlibat Bentrok, Militer Mesir Gunakan Facebook

Rep: Hannan Putra/ Red: Mansyur Faqih
Militer Mesir berjaga di dekat Universitas Kairo, Kamis (4/7).
Foto: AP/Manu Brabo
Militer Mesir berjaga di dekat Universitas Kairo, Kamis (4/7).

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Konflik berdarah di Mesir yang telah menewaskan 30 orang dan melukai ratusan lainnya mengundang keprihatinan dunia. Jutaan massa pendukung Presiden Mursi dari Fraksi Ikhwanul Muslimin menggelar protes besar-besaran. Selain memprotes kudeta terhadap presiden yang sah, mereka juga memprotes penangkapan terhadap beberapa tokoh Ikhwanul Muslimin. 

Sebagaimana dilaporkan oleh BBC, Sabtu (6/7) pagi, wakil pemimpin Ikhwanul Muslimin, Khairat el-Shater ditangkap paksa oleh Militer di kediamannya di Kairo. Penangkapan tersebut dengan alasan telah memprofokasi massa untuk melakukan kekerasan.

Di tengah perseteruan antara massa pendukung Mursi dan anti-Mursi terus berlangsung, pengamat politik Internasional menyayangkan tindakan militer yang juga ikut terlibat dalam bentrokan tersebut. Alih-alih menjadi penengah dan pelindung masyarakat, justru Militer dikabarkan terbukti terlibat aksi baku tembak dengan pendukung Mursi.

Namun militer membantah keterlibatan itu. Bantahan itu disampaikan melalui televisi dan elektronik serta Facebook. "Banyak rumor yang bermunculan sebagai upaya menyebarkan citra militer. Rumor kebohongan itu adalah salah satu metode perang informasi sistematik yang dilancarkan militer Mesir dengan tujuan memperoleh simpati," kata salah seorang pengamat politik Mesir yang enggan disebut namanya seperti dilansir BBC (6/7).

BBC melaporkan, empat dari warga yang tewas setelah tentara menembaki kerumunan. Tentara bersenjata tersebut diduga kalap setelah kerumuman demonstran maju menuju markas Garda Republik, tempat Mursi diyakini berada. Tentara yang menjaga tempat tersebut tanpa pandang bulu menembaki para demonstran dengan membabi buta.

Jumat (6/7), empat orang lainnya dilaporkan meninggal. Mereka terkena tembakan yang berasal dari sebuah tank yang berada di sebuah jembatan. Ketika itu, pendukung Ikhwanul Muslimin tengah menggalang massa untuk berkumpul di Tahrir Square. 

Massa masuk melalui jembatan yang berada di atas sungai Nil. Tentara yang mengawasi jembatan tersebut menghalau massa dan sesaat kemudian melepaskan tembakan ke arah kerumunan massa. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement