REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- FIFA membatalkan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Wakil Sekretaris Jenderal MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Arif Fahrudin, mengajak semua pihak agar tidak saling menyalahkan atas keputusan FIFA membatalkan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Sebab keputusan FIFA bukan karena kelalaian Indonesia.
Kiai Arif mengatakan, terima kasih kepada PSSI yang sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menjadikan Indonesia sebagai tuan rumah yang baik. Itu bertujuan mengangkat harkat dan prestise sepak bola Indonesia di kancah internasional.
"Terima kasih kepada pemerintah Indonesia yang hingga titik akhir terus mengupayakan win-win solution atau langkah-langkah wasathiyah (kompromistis - akomodatif) untuk mengakomodir hak dan kepentingan semua pihak terkait, mulai dari FIFA, ormas Islam, dan rakyat Indonesia demi tetap terselenggaranya piala dunia sepak bola U-20 di Indonesia dengan tetap menjaga komitmen keberpihakan Indonesia terhadap kedaulatan Palestina," kata Kiai Arif kepada Republika, Kamis (30/3/2023).
Kiai Arif juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang konsisten dan komitmen dengan pembelaan perjuangan kemerdekaan Palestina. Hingga tidak ada zero tolerance terhadap aksi penjajahan, agresi, dan anti kemanusiaan di segala aspek sesuai dengan amanat UUD NRI 1945.
Kiai Arif mengingatkan, semua pihak agar tidak saling menyalahkan atas keputusan pembatalan Indonesia menjadi tuan rumah gelaran piala dunia sepak bola U-20 oleh FIFA. Hal tersebut dikarenakan bukan disebabkan oleh kelalaian Indonesia sebagai tuan rumah, melainkan resmi keputusan FIFA sendiri sebagai pemegang otoritas tertinggi dalam regulasi sepak bola internasional.
"Negara Indonesia sebagai bangsa yang berdaulat penuh di segala aspeknya, termasuk di dunia olah raga masih bersedia menawarkan tawaran solusi alternatif demi tetap terselenggaranya even tersebut. Namun keputusan sepenuhnya ada di tangan FIFA. Maka semua pihak di Indonesia hendaknya dapat menerima keputusan FIFA tersebut dengan lapang dada walau mungkin masih ada beberapa pihak yang belum mudah menerimanya terutama stakeholder persepakbolaan di Tanah Air mulai dari suporter, pemain, klub, dan PSSI sebagai panitia," jelas Kiai Arif.
Kiai Arif juga berharap agar FIFA bisa memahami dengan bijak posisi politik dan budaya Indonesia terkait dengan masalah perdamaian Israel dan Palestina. Indonesia tetap mengusung prinsip two state solution bagi kedaulatan dua negara tersebut di mata dunia internasional. Maka dengan adanya pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah, FIFA tidak menjatuhkan sanksi bagi dunia persepakbolaan Indonesia.
MUI meminta semua pihak untuk dapat mengambil hikmah terbaik atas keputusan FIFA tersebut. Selanjutnya MUI terus memberikan semangat dan mendorong terwujudnya iklim persepakbolaan dalam negeri Indonesia yang tetap berorientasi pada pencapaian prestasi, kokoh organisasi dan regulasi.
"Dan terus melaksanakan kompetisi dalam negeri untuk melahirkan bibit-bibit atlet sepakbola yang berkualitas dari seluruh elemen anak bangsa Indonesia," jelasnya.